Bintang



Titik Putih Berlatar Hitam

Malam, sebuah kata yang rinci, namun memiliki makna yang meluas. Gelap, dingin, sunyi, mimpi, semuanya menyatu dalam sebuah perasaan. Dan ada banyak titik terang yang berkilau di atas sana, indah, memenuhi bulatan kecil hitam di mata sehingga tak mampu berkedip. Namun, ada sebuah problematika, dimana menggapainya tak semudah melihatnya. Bintang, di suatu malam kami berbagi cerita…
Jam telah menunjukkan pukul sepuluh kurang lima belas menit. Aku membuka pintu lalu melangkah keluar dari ruangan yang penuh rak buku itu. Kemudian, berjalan menelusuri setapak jalan tanpa alas kaki, mengitari lapangan kosong yang diterpa sinar bulan. Malam yang gelap, dingin, dan agak bising. Karena aku tak berjalan sendiri. Bersama teman dan senior, aku berjalan di sekitar sekolah menembus kegelapan.
Angin sejuk yang berhembus entah dari mana, barat, utara, timur, atau mungkin selatan. Namun tak kuhiraukan, karena rasanya seperti berhembus dari segala arah. Malam itu, sebenranya kami tak hanya sekedar berjalan. Ada sesuatu yang kami cari untuk mengisi pikiran  kosong. “Ide!” itulah yang membuat kami harus menempuh sebuah perjalanan. Ide seperti apa, itu tak penting. Yang jelas, malam itu adalah malam berburu ide. Namun, mungkin hanya pikiranku yang dipenuhi sesuatu yang tak bermakna. Sesuatu yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Hanya tertimbun di dalam perasaan yang diluarnya terlihat sederhana.
Wajar tak ada yang  tahu, terpendam banyak masalah di dalam segumpal darah yang kumiliki. Kenapa? Ya, begitulah aku, orang-orang menganggapku tak memiliki beban dalam hidup. Tapi, sebenarnya kita semua sama, sama merupakan makhluk ciptaan Allah swt. sama di uji dan berpijak di tempat yang sama pula. Aku berjalan dan terlihat begitu senang, karena senyum yang menutupi kesedihan. Dan tak ada yang tahu, sesuatu yang mengganjal di hatiku memaksa ingin keluar. Itulah yang membuat pikiranku terisi penuh dan tak menyimpan ruang kosong. Yang mendorongku malam itu, untuk berbicara di hadapan bintang.
Di tengah kegelapan, aku menengadah, menatap langit yang bertabur bintang itu, seperti titik-titik putih menghias langit. Andai hanya ada satu, pasti akan terlihat biasa-biasa saja. Dalam jumlah yang tak terhitung jari serta memancarkan cahaya sendiri, itulah yang membuatnya terlihat jauh lebih indah. Keindahan yang melampaui kecepatan cahaya.
Seperti halnya bintang yang ada di langit, kita tak dapat hidup sendiri, hidup perlu solidaritas. Bintang juga mengajarkan kita untuk bisa hidup mandiri. Buktinya, letak bintang tak ada yang berdempet satu sama lain. Semua bersebaran, namun kebersamaan membuatnya terlihat lebih bermakna. Menghias keheningan dalam kegelapan.
Saat kutatap dan bertanya “Bagaimana cara menghilangkan masalah?” Bintang berkata “Buatlah sesuatu yang bermakna! Manusia itu semuanya sama, bahkan kita (aku dan bintang) sama, dapat memancarkan kilauan sendiri. Jadilah seperti aku, yang jika dipandang sekilas terlihat begitu kecil, namun ukuran sebenarnya berjuta kali lipat dari apa yang kita pijak saat ini. Dan buat semuanya sadar bahwa ukuran yang kau lihat kecil itu disebabkan posisiku yang  begitu tingginya. Karena masalah disebabkan dorongan dari pikiran dan perasaan. Optimis, percaya, yakin pada dirimu, berdoa dan berusaha lakukan yang terbaik. Itu kuncinya.”
Malam itu, aku, teman dan senior akhirnya kembali ke ruangan yang penuh rak berisi buku yang tersusun rapi. Dalam petualangan mencari ide, aku mendapatkan sebuah pelajaran yang begitu berharga. Bintang, menjelaskan semua itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerbung I