Cerbung I
Fanderland, Pulau Mimpi yang Merenovasi Hidupnya Oh, sungguh malang nasib g adis kecil dekil itu. Tak ada lagi yang bisa menyenangkannya. Mungkin, hanya bintang yang membuatnya tetap merasa hidup. Atau karena kesabaran yang ditanam ibunya ke dalam dirinya sejak lahir? Entah. Di beberapa meter dari letak pohon mangga, ia merebahkan tubuhnya ke tanah. Langit buncah bintang-bintang yang berpendar. Matanya redup memandang. Ia menenggelamkan dirinya dalam khayalan; mengawan bersama bintang-bintang itu di angkasa. “Tidak ada yang lebih indah daripada langit malam yang bertabur bintang itu. Ditemani bulan yang juga amat terang. A pakah ibu juga ada di salah satu bintang-bintang itu? Atau dia lebih jauh lagi di lipatan langit tertinggi? Kepada siapa aku bisa mendapat jawabannya? Siapa? Mengapa Kau tidak menciptakan aku hidup bersama bintang-bintang itu, Tuhan? Padahal aku juga ingin tinggal di sana. Mengapa aku terlahir di tempat seperti ini? Mengapa tuhan begitu tidak adil pada